Jumat, 08 Oktober 2010

Mudik AYO Mudik – bag 1


Sekarang hari apa coba? Yup! Sekarang hari Selasa, artinya….. tiga hari lagi LEBARAN!!!

Selasa Subuh….

“Siapa yang mau mudik???? Sahur dulu…!!!” itu terdengar seperti suara ayah. Sekali lagi ayah berseru “Satria!!! Shafa!!! bangun dong, puasa tinggal 3 hari lagi kok malah tambah susah dibangunin sih!”.
Perlahan-lahan kubuka mataku yang terasa berat lalu mengucek-nguceknya. “O ya, hari ini kita akan mudik kan Yah? Uuuuh puasa di perjalanan, pasti hari akan terasa lama” sahut Satria, entah dia mengigau atau tidak.

“Terserah kau lah Satria, yang jelas kalau puasamu bolong satu hari saja, uang 100 ribu bonus dari ayah akan jatuh ke tangan adikmu!” jawab ayah, dengan nada datar tapi terdengar seperti mengancam.

Dalam sekejap Satria bangun, wajahnya seperti mengalami mimpi buruk dan seolah-olah ia berkata “Aku harus bertahan, tak kan kubiarkan Shafa mempunyai 200 ribu sendirian, enak saja!!”

Akhirnya setelah mencuci muka aku dan Satria menuju ruang tengah untuk makan sahur. Satria menyalakan TV. Nat Geo Wild…. Asyiiiik!! Tentang beruang es. Aku dan kakakku suka sekali acara TV yang satu ini. Kami sekeluarga makan sahur dengan lauk ayam goreng tepung, udang goreng tepung dan tumis sayur apa ini?? Aku nggak tahu apa namanya.

Selesai makan sahur, kami berebut masuk kamar mandi. Sedikit terjadi kericuhan, hal ini biasa terjadi di pagi hari buta. Sampai ibuku hampir selalu mengomel di saat-saat seperti ini. Setelah mandi dan mengenakan baju, aku mengambil tas selempang kecil dan kuisi dengan dua buah novel, satu DVD, headphone dan MP4 kesayanganku.

“Jangan lupa bawa jaket Shaf!! Musim hujan begini pasti cuaca akan selalu dingin” tutur ibu, “sekalian juga bawa pasmina yang kemarin ibu belikan.. kau kan sedikit aneh tak tahan panas juga tak tahan dingin, jadi kalau hanya dingin sedikit kau cukup pakai pasminamu saja tidak perlu pakai jaket” tambah ibu.

“Huahaha… manusia aneh!!!” sahut Satria. Aku mengerutkan dahi dan berlalu menuju mobil. Oh ya kami berencana akan mudik ke tiga tempat! Yogya, Pangandaran dan Bandung. Selamat tinggal rumah, sampai jumpa lagi!!.

Di Tol..

Dari kejadian dia mentertawakanku hingga sekarang aku diam saja sambil mendengarkan MP4. Kayaknya kakakku itu agak heran lalu dia bilang, “gitu doang marahhh…” tapi aku tetap tak menghiraukannya. Lima menit kemudian, Satria sudah tertidur lelap.
Baguslah aku jadi tak terganggu dengan ocehannya lagi. Aku bisa tidur dengan tenang dehhh..!!

Di Rest Area…

“Shafa!! Satria!! Bangun!! Mau ke toilet nggak?’ seru ibu membangunkan. “Ohhh.. huahh.. nyem.. mau buuu..” kataku sambil menguap. Ugghhh… toiletnya penuh… ngantri. Toilet laki-laki sih enah, nggak ngantri. Uuuhh kebelet niiihh… aaaahh lega deh… lanjut ke mobil!!.

Siang hari…

“Huaah.. hmmm.. oh lagi di halaman mesjid” gumanku. Ayah sedang tidur. Rasa bosanku meluap. Lagi berhenti begini lebih baik aku baca novel saja. Ini novel paling lucu yang pernah kubaca. Sepenggal isi novelnya membuatku tertawa dalam hati.

“Kalau main petak umpet kira-kira enaknya dengan siapa ya?” kata Kelly tiba-tiba. “Ohhh.. itu I am tahu” jawab Sonny, “Ya dengan Ujang dong… kan ada pepatah bilang, ada ujang dibalik batu!!” lanjut Sonny. “Ahahahaha!!” mereka berdua tertawa terbahak-bahak.
Tiba-tiba… “Huaah… lanjutt!! kata Satria dan ayah hampir bersamaan. “Uuuh… kalian hampir membuatku merobek halaman yang paling lucu!” semburku. “Sekaget itukah?” kata Ayah. “Dan selucu apa sih?” Satria menimpali.
Mereka berdua memang selalu menggodaku, terutama kakakku. Akhirnya aku marah lagi deh…

Sore hari menjelang Magrib..

“Asyiiiik… sebentar lagi buka puasa!!” kataku riang. “Uhh.. pikirannya buka puasa terus…” sembur Satria. Iiiiiihhh lagi-lagi dia, “ Emangnya, kakak nggak lapar apa?” kataku membalas ocehannya. “Sudaaahh.. jangan ribut terus.. kalian mau makan di Restoran Hebat Pak Endut atau Rumah Makan Sederhana Mbah Endut? pilihannya cuma dua, kita nggak bisa ke rumah makan yang lebih jauh, sudah hampir waktu buka puasa nih” kata Ayah. “Dimana saja deh kan sama-sama Endut.. hehe..” ujar Ibu, kami semua tertawa setuju.

Di RM Sederhana Mbah Endut…

“Gimana? Mau langsung pesan makanan atau menunggu azan Magrib? kata Ayah. “Pesan teh hangat saja dulu, baru makanannya” jawab Ibu sambil melihat-lihat daftar menu. “Setujuu……..” kataku. “Yaahh..” lanjut Satria. “Bahh.. kenapa?? sudah tak tahan lapar kah? tadi di jalan katamu aku yang selalu ingat buka puasa terus, sekarang kakak yang tidak sabar ingin cepat-cepat makan” ujarku. “Iyaaa!! aku lapar banget nih” Satria berkata ketus.

Azan Magrib berkumandang..

“Alhamdulillah, waktunya berbuka puasa!” kata Ayah dilanjutkan dengan membaca do’a buka puasa bersama-sama, kami pun minum teh manis hangat.

Bersambung ke Bagian 2

2 komentar:

  1. Kerenn!! Congrates!
    Keep on writing... Kamu berbakat menulis lho, pasti banyak baca juga ya... Saran aja, gimana kalo blognya dipenggal2 entry-nya, dan dikurangi jumlah tampilan potonan per halaman. misalnya cukup 3 judul aja yg nongol dan itupun sepotong aja, kan kalo berminat terus baca tinggal klik read more... TFS ya...

    BalasHapus