![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg3cJEBe0E7VPZ_Dg8LTquCV2Y2zo3xEoVpzl_4XP3PIrTiNPG7UPnBJBXU18RbPrARQGXUmWDvClTwu0TSdvRwDFUoyO-e5IoXGYuQTcYLOu8Wh9VSZ01H7Aa0XDuOUaxWGe5qnzG1AoE/s320/burger.png)
Pelajaran di jam pertama hari ini adalah memasak. Pelajaran yang kurang kusukai. Gurunya adalah Bu Mai. Semua murid kelas 3 A berjalan menuju ke aula.
“Tema memasak kali ini adalah membuat BURGER” seru Bu Mai dengan suara lantang.
“Iya Buuuu…” koor aku dan teman-temanku.
Setelah Bu Mai mencontohkan cara membuat burger, murid-murid kemudian dipanggil satu persatu untuk mempraktekannya. Kamipun dipanggil sesuai nomor absen.
“Glek!” aku menelan ludahku, karena aku nomor absen pertama. Bu Mai melihat isi dari map berwarna hijau yang ia bawa. Itu tempat lembar absen untuk memasukan nilai.
“Aisha, silahkan maju ke depan!” perintah Bu Mai. Dengan grogi aku berlari pelan menuju depan aula.
Aku membuka satu bungkus roti burger dan mengambilnya satu. Aku mulai memotong tengahnya dengan perlahan. Karena aku kurang bisa memotong, maka hasilnya jadi berantakan.
“Nah Aisha… perlihatkan hasil potonganmu pada teman-temanmu!” ujar Bu Mai. Aku kaget. “Duuuuh.. aku malu nih kalau ditertawakan teman-teman” batinku. “Ayo Aisha, perlihatkan hasilnya!” perintah Bu Mai lagi.
Dengan malu-malu aku memperlihatkan hasil potongan rotiku. Semua teman-temanku cekikikan. Aku hanya tersenyum kecut. Lalu aku berlalu menuju kompor. Sejak kecil aku takut sekali dengan api. Aku juga takut dengan kompor. Aku terdiam melihat kompor yang lumayan besar itu.
“Lama banget sih…” gerutu Doni
“Iya iya” sahut Banu setuju
Setelah beberapa saat barulah aku memberanikan diri menyalakan kompor. Iiiiiih seram sekali. Aku meraih botol minyak goreng yang ada di samping kompor, dan menuangkannya sedikit ke dalam pan. Aku gugup, dan rasanya semua orang akan menghakimiku setelah ini, iiih sebel deh… sebeeell! Bu Mai malah tersenyum-senyum melihat raut mukaku. Kalau ada pelajaran memasak, semua temanku kesal dan bosan melihat tingkahku itu. Lalu, aku masukkan daging hamnya ke dalam pan yang sudah berisi minyak goreng yang kini sudah panas. Percikan minyak goreng panas sedikit mengenai tanganku. “Adouuuh! … panas!”, aku berteriak kecil, sambil menutupi tanganku. Akibat aku terlalu lama mengurusi tanganku, setelah beberapa saat, baru kusadari daging hamnya gosong !!!. “Wuaaah! Kok begini siiiih!? … nambah malu lagi deh!…,” rasanya aku ingin segera pulang ke rumah.
“Cepat dong… kami kan belum kebagian memasak nih!!” teriak teman-temanku.
“Ayo Aisha, hias dulu burgermu!” perintah Bu Mai, akupun mengangguk pelan dan tak menghiraukan teriakan teman-temanku.
Aku berjalan menuju tempat menghias. Kuambil dua iris timun dan kutaruh sejajar diatas burgerku. Karena terlalu kesal dengan teriakan teman-temanku, aku sampai salah mengambil botol saus tomat malah saus sambal padahal aku tidak suka pedas. Lalu kubentuk saos sambal seperti gambar wajah orang tersenyum. Tengahnya kuberi tomat kecil, nah lumayan lengkap, seperti wajah yang sedang tersenyum, aku takkan terlalu memalukan.
Bu Mai mengamati burgerku, lalu memasukan nilai pada map berwarna hijau yang ia bawa, lalu tersenyum. “Nilaimu 78 Aisha, kau boleh kembali ke kelas!” perintah Bu Mai.
Aku tidak memakan burgerku karena pedas. Aku menunggu temanku Lisa yang lihai memasak. Biasanya dialah yang mendapat nilai tertinggi pada pelajaran ini. Aku terbengong-bengong melihat aksinya memasak sampai tak sadar kalau anak paling bandel dikelas, Doni namanya, memperhatikanku.
“Hei Aisha, mustinya kapan-kapan kamu belajar memasak pada Lisa tuh. Jago banget dia!” canda Doni. Doni juga pintar memasak, tapi… aku sama sekali tak kagum padanya. Karena ia selalu saja mengejekku. Aku hanya memalingkan muka. Setelah Lisa selesai kami berdua kembali ke kelas. Kebetulan Aku sebangku dengannya. Lisa melahap burger bikinannya, sedangkan aku tak berani, bahkan untuk menggigit sedikit burger yang terlalu pedas milikku.
“ Kenapa Aisha? Makan dong burgermu!”
“ Rasanya pedas, Aku tidak mau..” gerutuku sambil tersenyum kecut.” Kalau begitu Aku juga tak mau memakan burgerku..” jawabnya. Aku tidak suka makanan yang pedas tapi aku ingin menemani Lisa makan, dengan terpaksa aku memakan burgerku.
Setiap satu suapan burgerku, aku harus minum karena pedas. Tiba-tiba.. Doni datang dengan wajah bangga.
“ Lihat semua… Aku mendapat nilai 97 lagi dong..” katanya menyombongkan diri. Aku dan Lisa tak menjawab celotehnya.
“ Hey Sha…!! Praktek memasakmu GATOT lagi ya..??” candanya. Walaupun ia bercanda tetap aku tak menjawab.
“”” Sudah Sha.. Jangan dihiraukan” kata Lisa. Aku hanya mengangguk.
Bel pulang pun berbunyi. Semua anak-anak berhamburan keluar kelas. Aku langsung pulang. Sesampainya di rumah setelah ganti baju, aku langsung ke dapur. Dan kuingat-ingat cara membuat burger. Setelah itu Aku menyiapkan bahan-bahannya dan mencoba mengulang membuat burger. Akhirnya… yesss Aku berhasil juga membuat burger. Setelah jadi.. Aku mencoba memakan nya. Lezaaaatt…. Kataku..
Kini, setiap ada pelajaran memasak, aku selalu mendapat nilai bagus. Tidak GATOT lagi… .. Dan sekarang Doni tak lagi berani mengejekku, karena teman-temanku yang lain justru menyukai burger bikinanku.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar