Jumat, 30 Juli 2010
Misteri Tas Hilang
Pagi itu penuh tanda tanya, kalian tau kenapa? Begini ceritanya….
Pelajaran pertama adalah matematika, namun… Haekal tak membawa buku matematika beserta alat tulisnya. Maka… Haekal pun dimarahi Pak Alvin. Pelajaran kedua, adalah pelajaran Bahasa Indonesia, lagi-lagi Haekal tak membawa buku Bahasa
Indonesia, dimarahi lagi deh.
Karena heran, diam-diam aku menyelidikinya. Aku pun bertanya pada Haekal.
“ Kal… Kenapa kamu tak membawa alat tulis dan buku-buku pelajaran?” Aku
menghampirinya dengan wajah penuh tanda tanya.
“ Lys, pasti kamu tak percaya ini. Tapi ini benar-benar nyata.” Jawabnya dengan
wajah murung. ” Kenapa?” tanyaku heran. “ Tasku hilang Lys..” aku pun kaget
mendengarnya. Begitu pula teman-teman yang mendengar pembicaraanku dan
Haekal.
“ Ehh???... bener nih Kal?” tanya Dadi tiba-tiba.
“ Dimana-dimana?” sergap Eki.
“ Kenapa?” tukas Tiara. Namun Haekal tak juga menjawab, tentu saja.. sebab ia juga
tak tahu kenapa tasnya hilang. “ Menurut analisisku… orang yang dari tadi pagi ada di kelas itu, adalah pencurinya.” kata Ogy ” Sok tau kamu” jawab Ihsan. Semua terdiam.
“Aaaa artinya Mia dong yang mencurinya” Lulu menatap Mia lekat-lekat.
“Be-benar juga, dari tadi pagi kan Mia ada di kelas, Mia.. hanya kau yang tak
mempunyai alibi” lanjut Qulbi. Mia hampir menangis saat itu.
“ Mia tidak bersalah, ia juga mempunyai alibi. Sebab ia terus bersamaku dari tadi
pagi” kataku.
“ Lysa… artinya kau juga bersekongkol dengan Mia dong” kata Azhar. ”
Tidakkk!!!” kataku membela diri. Tiba-tiba Miss Rahmi datang, memang
pelajaran selanjutnya adalah Bahasa Inggris.
Karena keributan tadi… Aku jadi tak bisa menyelidiki kenapa tas Haekal hilang
deh, pikirku dalam hati “Tapi… Aku bisa menyelidikinya saat istirahat kok”
Bel istirahat pun berbunyi, aku langsung mengambil bekalku dari dalam tas dan
langsung menghampiri Haekal. Kesempatan bagus untuk menanyakan berbagai hal
pada Haekal, karena di kelas hanya ada aku, Haekal dan Mia.
Mungkin Mia masih sedih karena perdebatan tadi.
Aku mulai berbicara dengan Haekal, lagi pula.. sepertinya Mia tak boleh diganggu dulu.“ Umm… Boleh aku tanya beberapa hal tidak Kal?” tanyaku, sambil memakan roti gulaku. Haekal mengangguk lemas.
“ Begini… kapan kau ingat bahwa kau kehilangan tas?” aku mulai berbincang panjang lebar dengannya,” Saat bel masuk kelas berbunyi Lys.. Kamu tau kan kita harus mengeluarkan alat-alat yang sudah Pak Alvin tugaskan kemarin? Nah.. saat mau mengeluarkannya aku bingung kemana tasku” jawabnya dengan nada datar.
“ Oh ya… kamu naik jemputan kan? Apakah kamu merasa membawa tasmu saat itu?” tanyaku lagi sambil terus memakan bekal ku.
“ Tentu saja… sebab saat itu, aku mau memeriksa apakah sudah membawa peralatan yang ditugaskan Pak Alvin atau belum” jawabnya lirih.
“ Kamu memeriksanya dimana?” kataku lagi.
“ Setelah mau turun dari jemputan, aku ingat kalau mau lomba lari dengan Azhar, Dadi dan Ogy. Maka.. aku turun secepatnya dan lari menuju kelas, setelah menaruh tas aku berlalu ke lapangan,” jelasnya panjang lebar.
“ Kasus ini semakin terbaca!!” kataku dalam hati. Aku pun menutup kotak bekal ku dan berlari kecil ke meja Mia.
“ Mia.. aku tahu kok bahwa kamu bukan pelakunya.” Kataku menghiburnya. “ Lalu?” jawabnya, sepertinya ia sangat kesal.
“ Aku tahu benar bahwa kasus kali ini, tak ada pelakunya..” kataku sambil tersenyum geli, dan mengedipkan sebelah mata. Ternyata Hana dan Ghina mendengar pembicaraanku dan Mia, lalu berteriak keras-keras” Apa katamuu??? Tak ada pelaku dalam kasuss ini??? Yang benar saja??” aku kaget, bahkan teman-teman yang mendengarnya pun kaget juga.
Aduhh… kok Ghina dan Hana harus berteriak keras-keras begini sihh?? Bakal terjadi keributan lagi dehh… kataku cemas. Benar perkiraanku, teman-teman mendekatiku dengan wajah heran.
“Siapa yang berbicara begitu?” koor teman-temanku.” Benar… sok betul..” kata Ihsan. Suasana kelas jadi semakin gaduh.
“ Kalian tahu?? Yang bilang begitu adalah Lysa..” kata Hana tiba-tiba. Teman-teman saling memandang satu sama lain, dan menatapku lekat-lekat.
“ Jelaskan, jelaskan, jelaskan!!!” kata Rayhan yang memang selalu mengulang kata-katanya tiga kali. Aku mulai menjelaskannya.
“ Begini… semula memang tak ada pelaku dalam kasus ini, aku bilang begitu setelah mendengar cerita dari Haekal. Katanya ia terburu-buru ke kelas karena janji lomba lari dengan Azhar, Ogy dan Dadi. Benar bukan?” tanyaku pada Azhar, Ogy dan Dadi. ” I-Iya… kami sudah janji mau lomba lari dengan Haekal jam 06.00” jawab Azhar,” Namun Haekal tak juga datang” lanjut Dadi dan Ogy serempak.
“ Nah.. kata Haekal, sebelum ia turun dari jemputan, ia sempat memeriksa apakah ia sudah membawa barang-barang yang ditugaskan oleh Pak Alvin atau belum…. Tapi, karena ia teringat janjinya untuk lomba lari ia cepat-cepat berlari ke kelas… Nah pada saat itu Haekal lupa tak membawa tas.” Jelasku panjang lebar.
“ Ta-tapi… Aku benar-benar merasa membawa tas kok Lys..” ujar Haekal tiba-tiba,
“ Hanya merasa kan??” kataku dengan nada datar.” Ti-Tidakk… Aku benar-benar mambawa tas kok..” teriak nya membela diri.” Kamu bisa membuktikan nya tidak???” tanyaku.
“ Betul, betul, betul” kata Rayhan.” Atau begini saja.. setelah pulang sekolah kita beramai-ramai pergi ke jemputannya Haekal dan kita bisa membuktikan, siapa yang keliru. Haekal atau Aku…” jelasku panjang lebar” Yang jelas Mia tak bersalah” lanjutku.
Setelah bel pulang berbunyi, semua teman-temanku , termasuk aku, pergi ke tempat jemputan Haekal. Namun tiba-tiba Pak Banu supir jemputan Haekal mebawa tas ransel bergambar ‘Iron Man’. Itu..seperti tas ransel milik Haekal!!!! Ya… memang punyanya.
“ Lho…??? Ini kan tas punyaku, dimana Pak Banu menemukannya?” sahut Haekal tiba-tiba.” Ini lho.. saat Bapak mau mengambil jaket di mobil, Bapak menemukan tas ini!” jawab Pak Banu sambil menyodorkan tangannya yang sedang memegang tas tersebut kepada Haekal.
“ Bagaimana Haekal?? Siapa yang menang??” kataku sambil tertawa kecil.
“ Iya dehh…. Kamu menang Lys..” katanya dengan nada datar.” Haekal-Haekal… makanya, jangan marah dulu dong…” kata Lulu dan Qulbi serempak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Betul, betul, betul” sahut Rayhan, sepertinya ia setuju.” Wooo…. Haekal woo…” koor teman-temanku.
“ Lysa hebatt… Lysa hebatt!!” Koor teman-teman tiba-tiba” Lysa adalah Detektif Cilik!!!” teriak mereka lagi. Wajahku memerah karena malu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
cerita ini diilhami dari pengalaman nyata.... :)
BalasHapus