![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVtmIBwE3wjd8AP53VTUb1u6AEbFjasovZ-NIRNg9kvnqOy-ZQA1jN715VFR9J9jFSfzjCScf4IOhHEl03oSA8_FJcbK3NruncoYX5QoIE9obu6hmUtIN3mliRz9k_hKKlBVbwecO3_sM/s320/running_shoes.png)
AKU sangat menyukai pelajaran olahraga . Namun aku tak mempunyai sepatu yang cocok untuk olahraga, setiap kali aku berlari sepatuku selalu lepas di tengah jalan. Ugh… sebel deh!!
Ketika Aku, Mary dan Misa menuju kelas kami sehabis makan di kantin, kami bertiga melihat pengumuman di mading depan kelas 5 H.
“Hey….teman-teman lihat!” seru Mary sambil menunjuk mading kelas 5 H.
“Mmm….itu kan….” Misa melihat dengan saksama. ”Rissaaa…lihat itu, minggu depan akan ada Pekan Olahraga Sekolah…!!” lanjut Misa sambil menepuk bahuku. Aku langsung menoleh kearah mading itu.
“Wahh….bakal seru nihh kalau aku ikut lomba lari estafet bersama Frida , Alia dan Lisa….” kataku, ”Teman-teman, kalian ikut olahraga apa?” lanjutku sambil melirik kedua temanku.
“Hmmm….aku mau basket saja dehh…” ujar Mary senang, ia memang pandai bermain basket.
“Kalau kau Misa?” tanya ku dan Mary bersamaan.
“Mmmm…..Aku voli donggg….” jawabnya. TING TONG TING TONG bel tanda istirahat habis
berbunyi, murid-murid bergegas kembali ke kelasnya masing-masing.
***
“Ya…anak-anak kemasi barang-barang kalian dan boleh pulang!”seru Bu Lia lantang, Bu Lia adalah wali kelasku yang mengajar pelajaran kesenian , sejarah dan olahraga. Semua anakpun mengemasi barang-barangnya.
“Hey…Frida…” panggilku pada teman sebangkuku, ia adalah anak kepala sekolah. Frida menoleh ke arahku.
“Kenapa Risa?”
“Kenapa hari ini pulang cepat ya?” tanyaku.
”oooo….soal itu ya, Kamu tahu kan minggu depan akan diadakan Pekan Olahraga Sekolah…Nahh…karenanya guru-guru rapat untuk mengatur Pekan Olahraga Sekolah itu.” jawabnya panjang lebar.
”Oooo…Trims ya…!!” kata ku. Frida pun mengancungkan ibu jarinya.
***
Aku pun pulang ke rumah…
“Assalammualaikum….!!” Seruku. ”Waalaikumsalam” jawab Bunda. Ketika aku memasuki ruang tamu aku melihat Bunda sedang menonton MOM'S STYLE film kesukaannya.
“Tumben pulangnya cepat” kata Bunda sambil melirikku. Aku terdiam. ”Para guru rapat makanya pulangnya dipercepat.” jawab ku. ”Lalu?” ujar Bunda.
“Assalamualaikum….” terdengar suara dari luar rumah.
“Wa alaikum salam” jawabku dan Bunda bersamaan. Muncul seseorang dari ambang pintu. Ooo…ternyata itu Kak Rai, kakak laki-lakiku.
Kemarin Kak Rai dibelikan sepatu baru oleh Bunda karena ia berulang tahun. Padahal yang membutuhkan sepatu itu adalah aku. Rencananya aku mau mengikuti lomba lari estafet, sedangkan Kak Rai hanya mengikuti lomba karate, kan nggak perlu pake sepatu.
Aku sudah beberapa kali minta di belikan sepatu baru oleh Bunda, tetapi Bunda terus menolak , katanya ”Sepatumu kan banyak. Dan bagus pula..masih bisa kan dipakai dan belum sempit, kenapa kamu minta sepatu yang baru lagi?” Begitu jawabnya, padahal sepatu yang sekarang aku pakai pun tak cocok untuk lomba lari.
“Bunda…sepatu ini enak sekali dipakai..dan bagus..” ujar Kak Rai. Bagiku kata-kata itu seperti kata ejekan dan menyombongkan diri. Aku pun menjadi kesal sekali.
“Bunda…belikan sepatu untuk Risa dong…” kataku. ”Kata Bu Lia….Risa menjadi kapten tim lari estafet, jadi….Risa harus menang Bunda” pintaku dengan sopan.
Suasana menghening, aku sudah takut saja kalau Bunda marah dan mengatakan:”Tiddaakkk..!!! sepatumu kan masih banyak untuk apa kamu memintanya…sekarang pergilah kekamar mu…!!!” Mungkin jadinya begitu, akupun menatap Bunda.
Bunda tersenyum. ”Astaga….Bunda tersenyum…Apakah artinya….Akuuu…akan dibelikan sepatu?” pikirku dalam hati. Namun tiba-tiba… senyum manis Bunda menghilang. Aku khawatir kalau Bunda marah…sudah sering aku meminta kepada Bunda untuk dibelikan sepatu dan sudah sering pula aku dimarahi oleh Bunda.
“Kenapa…kenapa kau meminta sepatu lagi?” Tanya Bunda tiba-tiba ”Eh?,” aku tentu heran
“Sepatumu kan banyak…kalau dihitung sepatu yang baru kau beli ada tiga, yang sudah lama tapi masih bagus ada lima… apakah masih belum cukup?” jelas Bunda panjang lebar.
“Me..memang sepatu Risa banyak Bunda…..Tapiii…..semua sepatu itu tidak untukkk olahragaa….” teriakku membela diri. Bunda kaget mendengarnya. Selama ini … aku dan juga Kak Rai belum pernah membantah dan berteriak didepan Bunda.
“Kalau begituu….pergilah ke kamarmu dan ganti baju….!!!! tolong jangan membicarakan sepatu…sepatu..dan sepatu lagii…Bunda sedang puuussiiinggg…” seru Bunda lantang. Karena kesal aku pun berjalan ke lantai dua menuju kamarku.
‘BRRAAKKK…’ aku membanting pintu kamarku. Tentu saja Kak Rai yang tadi ada di sebelah ku…terbengong-bengong menyaksikan pembicaraanku dan Bunda.
Sedih, kesal dan marah… bercampur aduk dalam pikiranku.
“Apakah aku harus bilang pada Bu Lia kalau aku tak jadi ikut lomba? ahh…tapii…bisa-bisa kelasku kalah dalam perlombaan nanti. Bagaimana dongg??”pikirku. Aku meneteskan air mata. Tak sadar pandanganku kabur, aku pun tertidur.
***
Tiba-tiba aku mendengar suara.
“Risaa…Risaa..” suara itu yang ku dengar. ”Risaa..Rissaa…bangun sayang….”lanjutnya..suara itu…suara itu adalah suara Bunda. Perlahan-lahan Aku membuka kelopak mataku, aku melihat Bunda. Aku bangkit dari tempat tidurku. ”Ya ampunn…. sudah jam enam, kalau tak cepat-cepat mandi aku akan terlambat” ujarku sambil melirik jam yang ada di sebelah ranjangku. Aku langsung berlari menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Aku berjalan kebawah, untuk sarapan.
“Ayo cepat Risa!. Kita sudah hampir terlambat”perintah Ayah.Aku hanya mengangguk pelan.
“Habiskan sarapanmu Risa!! Bunda tak mau kau sakit.”seru Bunda sambil memasukan bekal ke tasku. Dengan lahap, Aku menghabiskan sarapanku.
Setelah sarapan aku mengecup kedua pipi Bunda, lalu berlari kecil menuju mobil. Disana Ayah dan Kak Rai menungguku.
“Hari ini ada pelajaran olahraga Risa?” tanya Ayah. Aku tersenyum kecil.
“Ada Yah…” Aku menjawab. Setelah lama berjalan dengan mobil, tiba-tiba Kak Rai yang tadi sedang mengutak-atik hpnya menjadi girang sekali.
“Ahhh… Lihat!!! Itu gedung sekolah Yah…” seru Kak Rai sembari menunjuk gedung sekolah yang sudah dekat. Beberapa menit kemudian mobil Ayah sampai didepan gerbang sekolah kami.
“Assalamu alaikum..” ucap aku dan Kak Rai serempak. ”Wa alaikumsalam” jawab Ayah
“Risa… kau belum mencium pipi Ayah?” seru ayah sambil tersenyum. Aku membalas senyuman Ayah semanis mungkin, “oh iya… lupa!” jawabku segera mencium kedua pipi ayah.
***
Aku bergegas pergi ke kelasku yang berada di pojok. Karena upacara sudah dimulai…..
Setelah menaruh tas di kelas, aku segera berlari menuju lapangan. Dan berdiri di sebelah Misa.
“Heii…. Kok kamu bisa telat?” bisik Misa.”Tadi … HH….aku..h… Tadi aku telat bangun… hh” jawabku dengan nafas terengah-engah. Upacara pun terus berlangsung, sampai akhirnya selesai.”Ya… anak-anak silahkan kembali ke kelas masing-masing!” perintah Pak Rahmat.
Semua anak-anak kembali ke kelas nya masing-masing…..
“Anak-anak karena minggu depan akan diadakan Pekan Olahraga Sekolah, kalian pulang jam 10.00. Jam 7.00 kalian harus latihan untuk masing-masing lomba, jam 8.00 kalian boleh istirahat. Dan jam 9.00 kalian kembali latihan dan Jam 10.00 kalian boleh pulang.” Jelas Bu Lia panjang lebar. Teman-teman ku bersorak girang, karena akan pulang lebih cepat dari biasanya.
Aku pergi ke lapangan, untuk latihan lomba lari estafet bersama Frida, Alia dan Lisa. Aku kaptennya. “Kalau sepatuku lepas di tengah jalan gimana ya…?” pikirku dalam hati. Aku semakin gugup saja.
“Kau gugup ya Ris??” bisik Alia. Aku kaget mendengarnya.
“Ti… Tidak kok… Aku tidak gugup Alia” jawabku.
“Yakin Riss? Mukamu pucat begitu…” ujar Frida khawatir.
“Tidak apa-apa kok Frid… Aku tidak apa-apa”” Tenang saja Riss… Aku akan berusaha sebisa mungkin.!!!” seru Lisa tiba-tiba.
Setelah selesai latihan, Aku pun pulang….
“Assalamu alaikum !!!” seruku. Namun tak ada jawaban, Aku teringat bahwa Ayah cuti.” Paling Ayah dan Bunda pergi.” batin ku. Aku pun berjalan menuju kamarku, dan ganti baju. Setelah itu aku kebawah untuk mengambil air minum. Tiba-tiba saja dari luar terdengar suara
“Assalamu alaikum..!!!” seru Kak Rai
“Wa alaikumsalam” jawabku.
“Ayah dan Bunda mana?” tanya Kak Rai.
“Mungkin pergi” ujarku sambil mengambil gelas. Setelah mendengar jawabanku Kak Rai pun pergi ke atas.
***
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu datang yaitu Pekan Olahraga Sekolah, namu aku masih belum juga dibelikan sepatu olahraga.
“Risa.. Habiskan sarapanmu…!! Agar kau bisa menang!!” perintah Ayah. Aku hanya mengangguk pelan, sambil terus melahap sarapanku.
“Oh ya, Risaa… ini untukmu…” kata Bunda tiba-tiba, sambil membawa sebuah kotak.
“Apa ini Bunda?” tanyaku heran.”Buka saja!” perintahnya. Lalu aku membuka kotak tersebut. ”Wahhh…. Sepatu olahraga bertali yang kuinginkan…!” seruku kaget.
”Terimakasih Bunda… Kalau memakai sepatu ini, pasti tak akan lepas di tengah jalan. Dan pasti aku akan bisa lari dengan cepat.” kataku senang. Bunda tersenyum, dan berkata “Ya, semoga di lomba nanti kau bisa menang.”
TIN TIN…!!! Bunyi klakson mobil Ayah memanggilku. Aku langsung mengecup kedua pipi Bunda dan berlari masuk kedalam mobil.
***
Aku, Frida, Alia dan Lisa bersiap-siap di lapangan.
“ Kau gugup Risa?” tanya Lisa.
“ Tidak..!! tenang saja, aku sudah memakai sepatu baru kok..!!” seruku.
“Pokoknya kita harus berlari secepat mungkin!!” kata Frida dan Alia serempak “ Ok dehh!!..” jawabku enteng.
Aku menjadi pelari pertama. “ Rissaaa…. Lissaaa… Friddaaa… Aliaaa…” teriak penonton. Banyak juga penonton yang menyemangati lawanku.” Pasti kita akan menang!” ucapku. Lalu aku besiap karena lomba akan segera di mulai. ”Ready.. Get set.. GO…!!!” teriak Pak Rahmat.
Aku berlari secepat mungkin. Setelah sampai di putaran pertama Aku memberikan tongkatnya kepada Frida yang menerimanya dengan tangan kiri. “Ayoo Friiddaa…Lari yang cceepaaattt” Aku ikut menyemangati Frida. Putaran berikutnya Frida memberikan tongkatnya kepada Alia.
Alia berlari secepat kilat. Alia sangat semangat. Nah…putaran berikutnya, Alia memberikan tongkatnya kepada Lisa. Lisa tak kalah semangat nya. Sedikit lagi Lisa harus memberikan tongkatnya padaku, dan aku harus mengangkat tongkatnya. Namun… Chelsea menyusulnya, Lisa berlari secepat kilat, dan akhirnya memberikan tongkatnya kepadaku. Lalu aku pun mengangkatnya tinggi-tinggi.
Tim ku pun menang. Aku, Frida, Alia dan Lisa bersorak girang.
“Selamat ya..!!” kata Chelsea dan Meggi kepada timku.” Terimakasihh…” jawabku. Dan banyak juga lawan-lawan yang menyelamati timku. Para penonton yang menyaksikan bertepuk-tangan. Walau timku menang… Namun kami tak sombong.
Kami pun berganti baju. Setelah itu memakan bekal masing-masing. Kami memakan bekalnya di bawah pohon rindang didekat taman.
“Sudah kubilang kan kita pasti akan menang…..!!!” seru Lisa tiba-tiba, sambil membuka kotak makannya. Aku tersenyum mendengar ucapannya. Dan berkata…..
“ Ya… Benar…. Sudah tiga kali kita memenangkan lomba lari estafet. Dan sekarang kita menang lagi.”
Kami berbincang cukup lama sambil tetap memakan bekal yang kami bawa. Sampai tak tau kalau Bu Lia menghampiri kami dan memberikan ucapan selamat.
Setelah itu aku pun pulang.
Bunda menyambutku di rumah dengan senang, dan berkata “ Bagaimana lombamu? Apakah tim-mu menang?” Aku tersenyum manis mendengarnya.
“ Tentu saja… Berkat sepatu itu…” jawabku.” Bukan hanya berkat sepatumu Risa…” kata Kak Rai tiba-tiba. “ Tapi juga berkat kamu yang jago lari kan…” lanjut Bunda dan Kak Rai serempak.
Setelah malam tiba Ayah menanyakan juga apakah Aku menang atau tidak… Setelah ku ceritakan Ayah senang sekali…
“ Hebat! itu baru anak Ayah…” katanya… Dan kami semua pun tertawa.